Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Kenapa Ibu Suka Matematika?

Kenapa Ibu suka matematika? Pertanyaan yang selalu diutarakan oleh siswa-siswaku. Aku cukup bingung menjawabnya. Sejujurnya jika dibilang suka matematika itu tidak sepenuhnya benar. Demikian juga jika dibilang benci. Jadi, jika boleh disimpulkan, adalah sebuah takdir aku masuk di jurusan matematika yang secara tidak langsung memaksaku untuk menyukainya. Rekam jejakku selama bersekolah: 1. Juara 1 olimpiade OSN mipa tingkat kabupaten. Sampai maju ketingkat provinsi juara 33 dari ratusan peserta. 2. Selama duduk di bangku SD selalu 3 besar. Ntah itu peringkat 1, 2 atau 3 3. SMP, juara 1 dan 2 cerdas cermat 4. SMA, juara 2 OSN ekonomi tingkat kabupaten. Sampe seleksi ketingkat provinsi. Ikut olimpiade kimia tapi bimbingannya matematika. :D (semoga kamu teman-teman seperjuangan aku yang membaca ini masih mengingatku. :) Aku merindukan kalian. Aku selalu ingat masa-masa kita di asrama haji medan. Salam dari aku di sini :') ). Jadi sebenarnya, aku nggak pernah bersinggungan la

Lonte Mahal

Mungkin judul ini cukup 'kasar'. Mohon maaf sebelumnya. Di tulisan ini saya ingin mengungkapkan realita yang saat ini sedang saya alami. (atau mungkin teman-teman dibelahan pulau yang lain juga sedang melihat realita yang sama, #salamsharing) Semester 7 adalah semester dimana anak kuliahan jurusan pendidikan seperti saya ini melakukan kuliah lapangan. Seperti yang kalian ketahui yang namanya keluar dari kampus pasti bakal jumpa dengan orang-orang lain diluar jurusan dan tentunya di luar dugaan. Awalnya baik-baik saja dengan semua keadaan ini dan aku merasa sampai saat ini juga baik-baik saja. Gesekan diantara satu dua manusia yang sama-sama punya perasaan aku rasa wajar saja. Yang tidak wajar adalah ketika sakit hati berujung sakit hati. Maksudnya, kita sakit hati sampai menolak keberadaan sipembuat sakit hati tadi. (red: teken mati nggak cakapan lagi. Kalau dicakapi cakapi, kalau nggak, nggak.) Ah... aku rasa kalau kalian anak medan pasti ngertilah yang kayak beg

Keluarga Adalah Obat

Kabanjahe Jumat 30 Oktober 2015 Hari dimana aku jatuh dari tangga posko. Untungnya tidak mengalami cidera yang cukup parah. Walaupun demikian, tetap saja sakit. Siangnya badanku semakin sakit saja. Aku tertidur pulas sampai menjelang maghrib di rumah Bu Lia. Malamnya sudah berkurang rasa sakitnya karena kuberi minyak. Sabtu pagi ini, baru aku beritahukan kepada orang tua di kampung. Akhirnya cerita sana sini. Mungkin memang dasarnya kangen atau bukan, tapi yang jelas rasa sakit itu drastis berkurang. Aku masih ragu untuk berkusuk, ntah kenapa feeling ku pasti sembuh. Ini bukan untuk pertama kalinya aku merasakan ada seperti beban yang terangkat dari diriku ketika bertemu keluarga atau bahkan hanya mendengarkan suara mereka lewat ponsel. Mungkin memang inilah yang namanya keluarga adalah obat. Pagi ini aku bersyukur karena aku punya keluarga yang baik yang bisa menjadi penawar sakitku meski keluargaku masih jauh untuk bisa dikatakan sempurna. Ya, memang tidak ada yang sempurna di

Pastikan

Jangan tunggu aku diam baru beri perhatian Jangan tunggu aku pergi baru beri kepastian Aku hanya lelah menanti suatu hal yang ingin kupastikan Jangan gantungkan perasaan tulus ini Jangan lambungkan perasaan ini lalu jatuh terpecah Aku hanya inginkan kepastian Sedari dulu sudah kuperingatkan Dan kau sudah berjanji akan kepastian itu Kemarin itu kau bilang yang lain lagi Perasaanku mau kau bawa kemana? Aku tidak ingin melanjutkan perasaan ini tanpa kepastian Sebelumnya hatiku juga sudah hancur Sebelumnya perasaanku juga sudah lebur Ketika kau mengabaikan janji itu Aku harus bagaimana lagi? Rasanya rasaku sudah mati Pergi Kabanjahe, 20 Oktober 2015, 19:41 WIB

Twenty One

Tahun ini ulang tahunnya bareng teman-teman satu posko. :) Yups, aku sedang PPLT sekarang. :) Doaian ya biar lancar. Kisahnya aku sedang tidur, lalu pukul 24:00 teng, kudengar hymne wajib untuk ulang tahun. :D Mata masih ngantuk tapi tetap bangun ketawa-ketawa terharu biru. (Dari lubuk hati terdalam, TERIMAKASIH kepada kalian semua teman satu poskoku :) ) Seperti ini dokumentasinya... Ini kue imutnya... :D Para peserta terkasih :) make a wish *pray* Acara suap-suapannya banyak... :D Upload gak ya? (browser suddenly crush.. #arrrgggh) Analisis statistik: 2012  : Ultah sendiri 2013  : Ultah bareng teman kuliah 2014  : Ultah bareng yang terkasih 2015  : Ultah bareng teman seposko yang terkasih 2016  : Masih misteri :) Terimakasih Tuhan, meskipun jauh dari keluarga, Kau selalu sediakan keluarga baru yang lain yang juga mengasihiku. Bapa, penyertaanMu di empat tahun terakhir ini, dikala jatuh bangunku ya Bapa, terimakasih kuucapkan padaMu. :')&

Kau Salah dan Aku Benar

Jelek kali jika seperti itu.... Nggak matching... Lihatlah.. Aku aja, kubuat seperti ini.... Komentar   yang terlalu peduli atau mungkin sebuah pembanding yang pedas. Sudah seperti itu jalannya, mungkin . Hidup bersama dengan seorang yang cerdas dalam perbandingan. Sesekali perasaan terluka oleh kata. Lalu hati berkata, "kenapa?" Di suatu waktu hati berkeras mempertahankan di waktu lain hati lelah berdebat, diam mengalah. Kita terbiasa melihat kesalahan sebesar gajah pada diri orang lain. Ya, keterbiasaan yang menjadi biasa. Sementara kesalahan sendiri seolah sirna. Setidaknya aku belajar. Selalu kutekankan pada siswaku ketika dia mengadukan temannya ribut, apakah dia juga tidak ribut?. Mari, sebelum berkomentar akan kesalahan orang lain, kita kembali melihat ke dalam diri sendiri.

Bagian Tersulit Saat Mencintaimu Adalah Melihatmu Mencintai Orang Lain

Gulali (Gundah Gulana Nyaris Mati) kali judulnya kan? Manalah Adek sanggup Bang, ngeliat Abang ternyata mencintai Kakak itu... Adek masih butuh perhatian, masih butuh kasih sayang, dan asupan gizi yang cukup.. (apaan ini?) Lanjut ya bacanya. Kegalauan cerita Adek sampai disitu saja. :D Akhir tulisan ini nggak mau cerita tentang Romansa. Jika kamu semester ujung atau yang mendekati ujung pasti tahu kalau ini adalah bulannya kita menduakan 'Abang Sayang' (red: kalo nggak jomlo). Tapi meskipun dia tahu kita duakan dia tidak akan memutuskan kita. Karena dia tahu kalau kita menduakannya dengan urusan masa depan. Sebut saja SKRIPSI. Saat ini sebagian teman-teman satu angkatan pada rempong berurusan dengan dosen ps. Aku sendiri sudah menjumpai Beliau beberapa jam yang lalu sampai tulisan ini dibuat. Niatnya mau langsung pulang buat kue hari raya (red:jenguk mama), tapi Ibunda tercinta masih belum pulih dan rasanya masih berat untuk meninggalkan perantauan ini. Entah kenapa ka

Tulisan Di Atas Gerbong

Dengan segala rasa yang sudah berkecamuk dari tadi, akhirnya aku putuskan untuk pergi. Setidaknya hatiku lebih lega saat ini. Setidaknya pengalaman ibu di sampingku mengajarkanku untuk terus berjuang apapun cerita dalam hati ini yang bergejolak lebay seolah mau menang sendiri. "Sini dulu kau ya nak, mamak mau bilang orang yang di sana dulu biar jangan pisah-pisah kita." " mamak jangan pigilah. Mamak sinilah sama aku." "Iya nakku. Sebentar dulu ya." kami terpisah-pisah duduknya. Uda sisa dua lagi tiketnya. Untung baik apanya. Disurunya lah pangku aja anakku yang kecil ini. Ucap ibu itu kepada kami yang ada di sini. aku memperhatikan segala upayanya. Dengan wajah yang tanpa takut gagal dan denga keoptimisannya dia memohon orang yang bersangkutan untuk bertukar tempat duduk dengannya. keoptimisannya itu mengingatkanku pada seseorang yang juga seperti itu. Dan, huwala... Mereka selalu berhasil melewati segala sesuatu yang seharusnya digalaukan (me

Semester 6 dan Segala Ceritanya

Hai, Semester 6 udah di penghujung! Sebentar lagi aku PPL. Tanggal 18 kemairin udah daftar PPL. Nggak kerasa. Semoga bisa mengaplikasikan ilmu yang selama ini udah didapat. Kalian gimana? Sudah, sedang, akan PPL kah? Bagi ceritanya donk... :) *Mungkin blogger ini bakal menjadi curhatan tentang cerita semester 6 ke semester 7 kalau aku rajin curhatan disini* #peace :) Part I - Mulai rempong dengan yang namanya PPL, nanti kayak gimana dilapangan? Mau PPL di kabupaten mana? Sekolah mana? gimana caranya? apa yang perlu dipersiapkan? Sampai-sampai beberapa dosen dan kakak stambuk menjadi sasaran wawancara kami. Kepo kalikan? :D Tapi, over all. Thankyou so much untuk semua narasumber yang mau berbagi ilmu dan pengalamannya kepada kami. :) Part II - Mulai kepo sama yang namanya dosen PS. Iyah! uda mulai mikirin dosen mana yang enak, yang nggak kejem, yang dapat juga ilmunya. Beberapa udah pada ngedaftarin dosen yang pernah masuk di kelas. Segala curhatan tentang dosen pun bergulir.

Cari Kerja #1

Semalam jumpa sama kawan di fisika. Sewaktu berpapasan kita berdua mengambil sesaat berhenti saling melihat untuk mengungkapkan sesuatu. Tapi setelah sesaat waktu itu berlalu, satupun dari kami tidak mengucapkan apapun yang sebelumnya ada dalam pikiran. Aku sendiri ingin mengajaknya bergabung denganku dibimbingan. Tapi, aku pikir mungkin ini bukanlah pekerjaan yang tepat untuknya. Aku takut nanti dia kecewa. Aku belum ada apa-apanya. Semua masih memulai dari dasar. Jika waktunya sudah tepat. Pikirku. Aku merenungkan ini. Waktu itu aku juga pernah bertemu dengan teman yang sudah bekerja lalu aku menawarkan diri untuk diikutkan dalam pekerjaannya di pabrik roti. Dia malah bilang "Nggak lah Nov, kerjaan kayak gini nggak layak untukmu." Aku terdiam mendengar ucapannya. Apa aku yang terlalu rendah sehingga tidak layak bekerja seperti dia atau aku terlalu tinggi? Jika ditanya padaku aku akan suka bekerja ditempat pembuatan makanan seperti itu, yah, setidaknya mencicipi sedikit

Nurani dan Waktu

Akhirnya kurasakan, lebih tepatnya benar-benar kurasakan ungkapan yang selalu menggaung di telingaku. Gak terasa waktu berlalu. Iya, ungkapan itu. Beberapa bulan terakhir ini aku seolah menjadi pengamat waktu. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Sesekali ingin kuberlari membela hati nurani. Kau tahu? Hidup tidak selalu sejalan dengan hati nurani. Adakalanya kau harus mengabaikan hati nuranimu untuk melewati perjalanan waktu yang kejam ini jika tidak ingin terlindas olehnya. Selalu saja aku mencoba menjadi pahlawan hati nurani. Tapi sepertinya memang dunia tidak pernah memberi tempat untuk suara hati nurani pribadi. Apa yang bisa dilakukan seorang anak manusia yang masih belia dalam hal perjalanan waktu yang berulangkali selalu mengabaikan pejalan yang tak mampu mengikutinya?  Kau tahu? Hidup tak selalu sejujur hatimu. Bahkan mulut sendiri menjadi pencetus utamanya. Ah, apa yang bisa kulakukan?

HUJAN

Aku duduk di bangku ini Sembari menunggu dikau tidak datang lagi Ya, aku menginginkan kau pergi Aku suka jika kau datang Tetapi aku lebih suka jika engkau tidak datang Jika hujan identik sebagai teman dalam kesedihan Aku tidak membutuhkanmu untuk saat ini Bukan berarti aku tidak pernah sedih Hanya saja aku belajar untuk tidak pernah meneteskan air mata lagi Hujan Engkau lebih sering mengusikku ketimbang menghiburku Aku tidak suka caramu mengusik rasa dalam raga Jika rasa itu hanya sebuah kesedihan Aku tidak ingin kau mengingatkan lewat rintikanmu Dan ketika rasa itu adalah bahagia Aku tidak ingin kau memanggil memori kesedihan itu Hujan dan langit yang berduka Begitulah yang kurasa Aku tidak ingin mendengar cerita dukamu Yang kau bawa dari luapan setiap air mata Aku tidak suka Jika kau berkata aku begitu naif Aku hanya ingin memperjuangkan prinsip -Medan 19 April 2015-

Menangis

Aku bukan orang yang tidak pernah lemah. Saat lemah atau sedang down berat nggak segan- segan aku nangis, terpuruk dalam duka dan tekanan berat alias depresi. Tapi dari lemahlah aku belajar menjadi kuat. Belajar caranya bangkit berdiri dari keterpurukan. Dia -orang yang mencintaiku- akan ikut menyelami kesedihanku. Namun sayangnya aku lebih betah berlama-lama dalam kesedihan sedangkan dia akan cepat sekali bosan dengan kesedihan. Cukuplah. Buat apa dipikirkan kali. Udah gitu aja yang ada dipikirannya itu. Aku nggak tahu, bagaimana lelakiku itu bisa begitu mudah menetralkan pikirannya. Apa karena dia lelaki dan aku perempuan? Saat dia bersusah hati melihat air mataku, dia akan berusaha untuk menghapusnya dari wajahku. Bahkan air yang keluar dari hidungku pun dia tidak pernah jijik untuk mengelapnya pake tangannya bahkan. Segitu tulusnya cintanya itu. :') Terkadang malah aku yang risih digituin. Aku tanya, "Kamu nggak jijik apa pegang ingusku?" Lalu dengan wajah tulus

Hay March

hay Maret... iya, udah Maret lagi. Apakah hal yang spesial di bulan ini? Apapun itu satu hal yang kuharapkan adalah bahwa Bapa di Sorga selalu menyertaiku dan memberkati usahaku. Yah.. Aku bukan siapa-siapa tanpaNya dan mungkin aku tidak akan mungkin sampai di tanggal ini jika bukan tanpaNya. Kenangan di bulan lalu begitu menakjubkan. Mulai dari yang good sampai yang very bad semua mengisi catatan di kuartal pertama tahun ini. Tapi apapun itu dan seburuk apapun yang kualami aku selalu bisa melaluiNya karna Dia ada bersamaku. Satu hal yang aku pelajari dari semua masalah yang datang, I know all of that is God plan to make me stronger than before, coz only a bit time more i will face the different world. My Daddy is very good, don't He? I love u Dad. Bless me always. *hug*

VALENTINE atau ANGPAO?

Buat yang mempermasalahkan kejombloan pas Valentine nanti, Kamu para Jomblo bisa ngeles kayak gini : Tapi masalahnya, pas nerima Angpao, gambar Angpao-nya kayak begini: Karena Angpao yang diterima terlalu banyak, eh... malah mempersatukan Angpao yang jomblo jadi seperti ini: Hahahakkk.... Aku sendiri nggak mikirin valentinan atau imlekan. Yang kupikirkan sekarang - bisa pulkam pas tanggal merah nanti. :D - siap semua tugas-tugas negara - benda yang kutunggu-tunggu segera datang. Benda apa itu? #ssst #secret akhir kata, di postingan ini aku mau ngucapin : SELAMAT VALENTINE :) SELAMAT IMLEK :) SELAMAT DAPAT ANGPAO :D          

G.A.T

Jadi ceritanya hari ini (sewaktu aku menulisnya) aku sama adek aku yang cowok sebut saja namanya Gonel maen badminton di bawah ladang sawit. (coba bayangin gimana tuh posisinya :D) maksudnya di bawah pohon sawit (orang). Iya, sawitnya punya wong liyo udhuk punyakku. :D men kono. Jadi, maen punya maen, bolanya nyangkut di dahan sawitnya. Tinggiiiii xxx. Gimana ngambilnya?? Yaudah, dilemparinlah ke arah bolanya itu pake sendal yang kami pake. Eh,,, malah sendalnya ikutan nyangkut. Waduh Gusti. Sendal murah-murah memang.... Tapi kalo nggak nampak sama si Bos, bisa kenak seneni awakku. -_-" Mikir lagi... Twink (keluar lampu pijar dari kepala) Ooo.. Pake gala aja di sogrokkan! Sappp! Eh,, galanya kependekan. Nggak nyampe. Gimana nih?? Twinkk!! (keluar lagi lampu pijarnya) "Gendong Nel!" (meskipun aku Kakakan tapi badan dia lebih gedek, lagian dia kan cowok masa' aku yang gendong" #evilLaugh Setelah digendong, ternyata galanya tetap nggak nyampe k

Kenapa Kita Harus Makan?

Makan itu penting. Biar ada tenaga, biar bisa bertumbuh, biar bisa gendut juga, sehat juga. Dengan badan pas-pasan banget, aku harus niat makan dengan sungguh-sungguh. Iya, biar gendud berisi dikit. *_* Kalo abang satu kos bilang, "Makan kau Dek, nanti mati." Ini masalah tujuan itu sendiri sih Bang. Alasan aku makan itu karena niatnya bukan biar tetap hidup tapi biar gendud. Masalahnya itu, ternyata setelah makan aku nggak   belum gendud juga. Akhirnya aku malas makan   deh. Perasaan ini mulai putus asa. (sakitnya tuh di sini) Bayangin aja, kalo pingin sesuatu, uda berusaha, terus masih belum di dapatkan juga. HueHueHeee Jadi, usut punya usut, seperti kata Virginia Woolf. (aku nggak tau itu siapa, buat yang mau kenalan tanya sama si Mbah aja :D) Dia bilang gini, seseorang tidak bisa berpikir dengan baik, mencintai dengan baik, tidur dengan baik, jika dia tidak makan dengan baik . Akhirnya, aku dapat pencerahan dan memperbaiki tujuanku makan. Kenapa

Kecelakaan Pesawat dan Traveling 20anku

Ini tentang korban pesawat yang jatuh kemaren itu. Sebelumnya aku mau ucapin turut berbelasungkawa untuk keluarga korban yang ditinggalkan. Aku nggak mau ngupas peristiwa itu karena udah banyak yang ngebritain kesana kemari. Jadi pastinya saudara-saudara setanah air pasti udah pada tahu. Kalau aku yang ceritain, akunya bisa darah tinggi. Soalnya, kok senang sekali mengulangi kesalahan (kecelakaan :red) yang sama. Kasian penumpang-penumpang yang tak bersalah itu. Dari info yang aku dengar ada korban yang umurnya 20 tahun (gila, aku juga). Sayang banget, niat mau liburan ke luar negeri, nikmatin masa-masa 20an malah kayak gitu. Sebenarnya aku juga pengen (pengen banget: red) ngisi umur 20an ini dengan traveling kesana atau kesitu. Ya, kata orang indahnya hidup itu di usia muda kayak gini. (aku tersugesti) Jadi, karena melihat masih kurang baiknya transportasi in our lovely country #ehm Akhirnya aku memutuskan untuk mengisi 20an ini dengan yang selain traveling kayak begituan. Agak