Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Semester 6 dan Segala Ceritanya

Hai, Semester 6 udah di penghujung! Sebentar lagi aku PPL. Tanggal 18 kemairin udah daftar PPL. Nggak kerasa. Semoga bisa mengaplikasikan ilmu yang selama ini udah didapat. Kalian gimana? Sudah, sedang, akan PPL kah? Bagi ceritanya donk... :) *Mungkin blogger ini bakal menjadi curhatan tentang cerita semester 6 ke semester 7 kalau aku rajin curhatan disini* #peace :) Part I - Mulai rempong dengan yang namanya PPL, nanti kayak gimana dilapangan? Mau PPL di kabupaten mana? Sekolah mana? gimana caranya? apa yang perlu dipersiapkan? Sampai-sampai beberapa dosen dan kakak stambuk menjadi sasaran wawancara kami. Kepo kalikan? :D Tapi, over all. Thankyou so much untuk semua narasumber yang mau berbagi ilmu dan pengalamannya kepada kami. :) Part II - Mulai kepo sama yang namanya dosen PS. Iyah! uda mulai mikirin dosen mana yang enak, yang nggak kejem, yang dapat juga ilmunya. Beberapa udah pada ngedaftarin dosen yang pernah masuk di kelas. Segala curhatan tentang dosen pun bergulir.

Cari Kerja #1

Semalam jumpa sama kawan di fisika. Sewaktu berpapasan kita berdua mengambil sesaat berhenti saling melihat untuk mengungkapkan sesuatu. Tapi setelah sesaat waktu itu berlalu, satupun dari kami tidak mengucapkan apapun yang sebelumnya ada dalam pikiran. Aku sendiri ingin mengajaknya bergabung denganku dibimbingan. Tapi, aku pikir mungkin ini bukanlah pekerjaan yang tepat untuknya. Aku takut nanti dia kecewa. Aku belum ada apa-apanya. Semua masih memulai dari dasar. Jika waktunya sudah tepat. Pikirku. Aku merenungkan ini. Waktu itu aku juga pernah bertemu dengan teman yang sudah bekerja lalu aku menawarkan diri untuk diikutkan dalam pekerjaannya di pabrik roti. Dia malah bilang "Nggak lah Nov, kerjaan kayak gini nggak layak untukmu." Aku terdiam mendengar ucapannya. Apa aku yang terlalu rendah sehingga tidak layak bekerja seperti dia atau aku terlalu tinggi? Jika ditanya padaku aku akan suka bekerja ditempat pembuatan makanan seperti itu, yah, setidaknya mencicipi sedikit

Nurani dan Waktu

Akhirnya kurasakan, lebih tepatnya benar-benar kurasakan ungkapan yang selalu menggaung di telingaku. Gak terasa waktu berlalu. Iya, ungkapan itu. Beberapa bulan terakhir ini aku seolah menjadi pengamat waktu. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Sesekali ingin kuberlari membela hati nurani. Kau tahu? Hidup tidak selalu sejalan dengan hati nurani. Adakalanya kau harus mengabaikan hati nuranimu untuk melewati perjalanan waktu yang kejam ini jika tidak ingin terlindas olehnya. Selalu saja aku mencoba menjadi pahlawan hati nurani. Tapi sepertinya memang dunia tidak pernah memberi tempat untuk suara hati nurani pribadi. Apa yang bisa dilakukan seorang anak manusia yang masih belia dalam hal perjalanan waktu yang berulangkali selalu mengabaikan pejalan yang tak mampu mengikutinya?  Kau tahu? Hidup tak selalu sejujur hatimu. Bahkan mulut sendiri menjadi pencetus utamanya. Ah, apa yang bisa kulakukan?