Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Lonte Mahal

Mungkin judul ini cukup 'kasar'. Mohon maaf sebelumnya. Di tulisan ini saya ingin mengungkapkan realita yang saat ini sedang saya alami. (atau mungkin teman-teman dibelahan pulau yang lain juga sedang melihat realita yang sama, #salamsharing) Semester 7 adalah semester dimana anak kuliahan jurusan pendidikan seperti saya ini melakukan kuliah lapangan. Seperti yang kalian ketahui yang namanya keluar dari kampus pasti bakal jumpa dengan orang-orang lain diluar jurusan dan tentunya di luar dugaan. Awalnya baik-baik saja dengan semua keadaan ini dan aku merasa sampai saat ini juga baik-baik saja. Gesekan diantara satu dua manusia yang sama-sama punya perasaan aku rasa wajar saja. Yang tidak wajar adalah ketika sakit hati berujung sakit hati. Maksudnya, kita sakit hati sampai menolak keberadaan sipembuat sakit hati tadi. (red: teken mati nggak cakapan lagi. Kalau dicakapi cakapi, kalau nggak, nggak.) Ah... aku rasa kalau kalian anak medan pasti ngertilah yang kayak beg

Keluarga Adalah Obat

Kabanjahe Jumat 30 Oktober 2015 Hari dimana aku jatuh dari tangga posko. Untungnya tidak mengalami cidera yang cukup parah. Walaupun demikian, tetap saja sakit. Siangnya badanku semakin sakit saja. Aku tertidur pulas sampai menjelang maghrib di rumah Bu Lia. Malamnya sudah berkurang rasa sakitnya karena kuberi minyak. Sabtu pagi ini, baru aku beritahukan kepada orang tua di kampung. Akhirnya cerita sana sini. Mungkin memang dasarnya kangen atau bukan, tapi yang jelas rasa sakit itu drastis berkurang. Aku masih ragu untuk berkusuk, ntah kenapa feeling ku pasti sembuh. Ini bukan untuk pertama kalinya aku merasakan ada seperti beban yang terangkat dari diriku ketika bertemu keluarga atau bahkan hanya mendengarkan suara mereka lewat ponsel. Mungkin memang inilah yang namanya keluarga adalah obat. Pagi ini aku bersyukur karena aku punya keluarga yang baik yang bisa menjadi penawar sakitku meski keluargaku masih jauh untuk bisa dikatakan sempurna. Ya, memang tidak ada yang sempurna di

Pastikan

Jangan tunggu aku diam baru beri perhatian Jangan tunggu aku pergi baru beri kepastian Aku hanya lelah menanti suatu hal yang ingin kupastikan Jangan gantungkan perasaan tulus ini Jangan lambungkan perasaan ini lalu jatuh terpecah Aku hanya inginkan kepastian Sedari dulu sudah kuperingatkan Dan kau sudah berjanji akan kepastian itu Kemarin itu kau bilang yang lain lagi Perasaanku mau kau bawa kemana? Aku tidak ingin melanjutkan perasaan ini tanpa kepastian Sebelumnya hatiku juga sudah hancur Sebelumnya perasaanku juga sudah lebur Ketika kau mengabaikan janji itu Aku harus bagaimana lagi? Rasanya rasaku sudah mati Pergi Kabanjahe, 20 Oktober 2015, 19:41 WIB