Aku bukan orang yang tidak pernah lemah. Saat lemah atau sedang down berat nggak segan- segan aku nangis, terpuruk dalam duka dan tekanan berat alias depresi. Tapi dari lemahlah aku belajar menjadi kuat. Belajar caranya bangkit berdiri dari keterpurukan. Dia -orang yang mencintaiku- akan ikut menyelami kesedihanku. Namun sayangnya aku lebih betah berlama-lama dalam kesedihan sedangkan dia akan cepat sekali bosan dengan kesedihan. Cukuplah. Buat apa dipikirkan kali. Udah gitu aja yang ada dipikirannya itu. Aku nggak tahu, bagaimana lelakiku itu bisa begitu mudah menetralkan pikirannya. Apa karena dia lelaki dan aku perempuan? Saat dia bersusah hati melihat air mataku, dia akan berusaha untuk menghapusnya dari wajahku. Bahkan air yang keluar dari hidungku pun dia tidak pernah jijik untuk mengelapnya pake tangannya bahkan. Segitu tulusnya cintanya itu. :') Terkadang malah aku yang risih digituin. Aku tanya, "Kamu nggak jijik apa pegang ingusku?" Lalu dengan wajah tulus ...
Ruang pribadi untuk refreshing dan refleksi.