Rindu itu spesial. Bagiku khususnya dan mungkin bagi kamu secara umum. Selalu ada euforia dalam hati kala mendengar seseorang mengucapkan "kangen aku samamu." Apalagi yang mengatakan itu adalah dari kaum adam sebayaku dan secara pergaulan dia adalah teman-teman Sharing. Teman yang selalu punya banyak bahan untuk dibagikannya padaku.
Seorang teman yang biasa kupanggil dengan tutur yang lebih tua dariku. Abang. Abang yang bisa bikin penyedia jasa telekomunikasi semakin cepat kaya, karena Abang rajin buat paket nelpon. Seharian ngobrol sama dia itu nggak ada bosennya. Nggak ada matinya. Nge-dobhos terus sampai kuping rasanya mau copot baik kiri maupun kanan. Abang yang bisa mengerti, walau tidak selalu bisa memahami.
Sudah beberapa lamanya kami tidak pernah ada komunikasi lagi. Sekarang dia sudah sibuk dengan pekerjaannya. Maklum, efek usia yang beranjak 'tua'. Bayangkan saja betapa rindunya dengan ndobhosnya itu. Tapi, tetap berusaha menyadarkan hati dengan realita bahwa kemungkinan untuk nge-dobhos lagi sangat kecil.
Lalu, dengan perlahan kusibukkan diri dengan segala pekerjaan yang ada di depan mata dan hampir tidak pernah memikirkan ndhobhosannya lagi. Sampai suatu malam satu pesan diiterima dengan kalimat "kangen Abang samamu dek".
Wow! seketika rasanya bahagia memuncak dalam hati. Ternyata aku masih diingat. Ternyata aku masih mengenang dibenaknya. Ternyata dia bisa kangen juga samaku. Ternyata... dan Ternyata... Aku hampir meninggalkan tempatku berpijak saat itu. Padahal hanya karena satu kata 'kangen'. Kata yang ajaib.
Memang wanita selalu memikirkan sampai sejauh-jauhnya. Mungkin sampai lima meter dari langit. Lalu beberapa wanita lainnya terjatuh karena khayalannya sendiri yang begitu tinggi menafsirkan kata-kata sejenis 'kangen' itu. Aku berusaha untuk tidak masuk ke beberapa yang jatuh itu. Untuk menghentikan euforia kebahagian ini aku berusaha menipu diriku dengan kalimat "kangen apa ini sekarang, nanti karena mau nagih hutang pula' dia." atau "jangan percaya gitu aja, nanti cuma modus doang, namanya juga laki-laki."
Tapi terkadang, beberapa wanita lainnya terlalu merendahkan khayalannya sehingga terkesan sinis dengan kata-kata sejenis 'kangen' itu. Yang sedikit banyaknya malah membuat orang yang sungguh-sungguh mengatakannya sakit hati. Sesekali aku seperti itu. Salah tafsir.
Penafsiran orang memeng tidak bisa sepenuhnya kita salahkan. Itu tergantung khayalan dan harapannya.
Tapi, bagaimanapun juga, secara jujur kuakui aku sangat senang mendengar kata 'kangen' dari orang-orang yang aku pikir telah melupakanku.
Lihatlah. Bukankah kata 'kangen' yang tulus dapat menjadi obat bagi jiwa yang merasa terlupakan dan menjadi penguat tali silahturahmi yang nyaris terputus?
Kangen. Salah satu kata ajaib yang aku suka. Baik buruknya, tergantung bagaimana aku dan kamu memaknainya.
Seorang teman yang biasa kupanggil dengan tutur yang lebih tua dariku. Abang. Abang yang bisa bikin penyedia jasa telekomunikasi semakin cepat kaya, karena Abang rajin buat paket nelpon. Seharian ngobrol sama dia itu nggak ada bosennya. Nggak ada matinya. Nge-dobhos terus sampai kuping rasanya mau copot baik kiri maupun kanan. Abang yang bisa mengerti, walau tidak selalu bisa memahami.
Sudah beberapa lamanya kami tidak pernah ada komunikasi lagi. Sekarang dia sudah sibuk dengan pekerjaannya. Maklum, efek usia yang beranjak 'tua'. Bayangkan saja betapa rindunya dengan ndobhosnya itu. Tapi, tetap berusaha menyadarkan hati dengan realita bahwa kemungkinan untuk nge-dobhos lagi sangat kecil.
Lalu, dengan perlahan kusibukkan diri dengan segala pekerjaan yang ada di depan mata dan hampir tidak pernah memikirkan ndhobhosannya lagi. Sampai suatu malam satu pesan diiterima dengan kalimat "kangen Abang samamu dek".
Wow! seketika rasanya bahagia memuncak dalam hati. Ternyata aku masih diingat. Ternyata aku masih mengenang dibenaknya. Ternyata dia bisa kangen juga samaku. Ternyata... dan Ternyata... Aku hampir meninggalkan tempatku berpijak saat itu. Padahal hanya karena satu kata 'kangen'. Kata yang ajaib.
Memang wanita selalu memikirkan sampai sejauh-jauhnya. Mungkin sampai lima meter dari langit. Lalu beberapa wanita lainnya terjatuh karena khayalannya sendiri yang begitu tinggi menafsirkan kata-kata sejenis 'kangen' itu. Aku berusaha untuk tidak masuk ke beberapa yang jatuh itu. Untuk menghentikan euforia kebahagian ini aku berusaha menipu diriku dengan kalimat "kangen apa ini sekarang, nanti karena mau nagih hutang pula' dia." atau "jangan percaya gitu aja, nanti cuma modus doang, namanya juga laki-laki."
Tapi terkadang, beberapa wanita lainnya terlalu merendahkan khayalannya sehingga terkesan sinis dengan kata-kata sejenis 'kangen' itu. Yang sedikit banyaknya malah membuat orang yang sungguh-sungguh mengatakannya sakit hati. Sesekali aku seperti itu. Salah tafsir.
Penafsiran orang memeng tidak bisa sepenuhnya kita salahkan. Itu tergantung khayalan dan harapannya.
Tapi, bagaimanapun juga, secara jujur kuakui aku sangat senang mendengar kata 'kangen' dari orang-orang yang aku pikir telah melupakanku.
Lihatlah. Bukankah kata 'kangen' yang tulus dapat menjadi obat bagi jiwa yang merasa terlupakan dan menjadi penguat tali silahturahmi yang nyaris terputus?
Kangen. Salah satu kata ajaib yang aku suka. Baik buruknya, tergantung bagaimana aku dan kamu memaknainya.
Komentar
Posting Komentar
Jangan jadi silent reader. Tinggalkan jejakmu di sini ya.. :)