Kalo orang bilang music is my life, buat aku nggak. Trus?
Apa aku nggak suka music, lagu, dkk nya? Suka. Tapi music is my life is not my
style. Senandung hatiku adalah musik jiwaku. Irama perjalanan hidupku adalah
ibarat not yang menyusun lagu-lagu indah yang bahkan melegenda.
Dulu, aku juga pernah bersemboyan music is my life, aku nggak
pernah bosan dengerin musik. Tapi lama kelamaan, semua lagu yang kudengar mulai
membosankan. Tema lagu kebanyakan tentang kegalauan hati, putus cinta, jadian,
lagi dekat sama seseorang, sedang merasakan bunga-bunga cinta, dan lain-lain
yang sejalan dengan itu. Aa,,, tsumaranai. Bukankah hidup tidak hanya berkutat
pada cinta, cinta, dan cinta. Masih banyak hal lain dalam hidup ini. Cita-cita,
karir, traveling, prestasi dan prestise atau apalah yang bisa kita kejar
kedepannya. Kebanyakan remaja ababil terhipnotis dengan suka duka hatinya.
Kalau menurutku, lagu-lagu seperti itu menyesatkan karena anak-anak jaman
sekarang pun lagu yang didengarnya tidak sesuai lagi dengan umurnya. Anak-anak
yang seharusnya menikmati masa kecilnya jadi galau-galau karena pacar.
Ironissss!
Kan uda beda zaman coy...!
iya, beda. Tapi nggak harus merusak jugakan? Zaman boleh berganti, tapi jati diri kita ini jangan sampai rusak. Cita-cita kita untuk maju jangan sampai terhenti hanya karena terus terpuruk dalam kegalauan hati. Negara ini masih membutuhkan tangan-tangan kepedulian kita untuk membangun tanah air tercinta ini.
iya, beda. Tapi nggak harus merusak jugakan? Zaman boleh berganti, tapi jati diri kita ini jangan sampai rusak. Cita-cita kita untuk maju jangan sampai terhenti hanya karena terus terpuruk dalam kegalauan hati. Negara ini masih membutuhkan tangan-tangan kepedulian kita untuk membangun tanah air tercinta ini.
Tapi, aku coba ambil hikmahnya. Perhatikanlah lagu-lagu yang
ada. Lebih banyak yang galau, kecewa, sakit hati, dsb ketimbang yang lagu-lagu
bahagia, hepii-hepii. Kenapa coba?? Karena kebanyakan kita lebih mudah bertahan
didalam kesedihan dan kegalauan, dibanding bertahan dalam tawa dan sukacita.
Seharusnya itu seimbang. Kita juga tidak akan tertawa berulang kali pada sebuah
lelucon yang sama. Maka kita seharusnya tidak menangis berulangkali untuk hal
yang sama.
Kalem aja, lanjut terus....
Kalem aja, lanjut terus....
NB:
Bukan bermaksud menggurui, tapi ini hanya pemberian semangat
dan motivasi.
untukku dan untuk kamu yang membacanya.
untukku dan untuk kamu yang membacanya.
Komentar
Posting Komentar
Jangan jadi silent reader. Tinggalkan jejakmu di sini ya.. :)