Langsung ke konten utama

Kacang Kulit

Karena malam ini belajar sambil ngemil kacang rasa bawang jadi teringat dulu waktu kecil selalu rebutan kacang yang bijinya tiga. Bagi yang mendapat sampai biji empat, dianggap dan merasa paling beruntung.

Kacang kulit yang biasa kami makan itu dulunya cap Pak Tani. Murah meriah dan rasanya juga enak. Sekarang udah cukup langka, mungkin tergerus jaman yang semakin hari semakin banyak menampilkan merek-merek baru. Tapi yang jelas, kacang cap Pak Tani selalu mempunyai kenangan tersendiri untukku.

Sedang asik makan tuh kacang rasa bawang, aku teringat sama adek di rumah. Biasanya kalo pulang warnet atau jalan-jalan sore, pasti mampir dulu beli kacang bawang. Untuk anak kecil seperti kami, harganya memang cukup membuat kantong kering. Gimana lagi, jajan modal orang tua. Hehe..

Aku hanya ingin mengenang ceritaku pada waktu dulu. Dimana ketika keluarga berkumpul, bercengkrama bersama, minum teh manis panas kalau malam atau dingin kalau siang terik dengan sebungkus kacang isi satu kilogram jadi teman ngobrol.

Atau kenduri atau le'le'an alias melek-melekan mata sampai pagi (sederhananya: nggak tidur) main kartu remi atau goplak bagi bapak-bapak atau anak muda kampung. Kami anak-anak hanya akan jalan sana sini buat makan kacang yang terhidang dipiring.

Ada rasa kebersamaan yang erat kurasa waktu itu, dengan pikiran anak-anakku. Bermain bersama sampai nyaris waktu malam disuru tidur sama mama alasan mau sama bapak. *akal bulus anak kecil :D

Yah, sejenak dijeda perjalanan hidupku yang terus berjalan, aku merindukan masa-masa itu. Kembali ke batas waktu itu. Waktu dimana aku melihat semangat kebersamaan dan gotong royong. Kepedulian dan keramah-tamahan.

Sekarang, dimanakah aku dapat melihat itu?

Sekarang orang-orang lebih peduli dengan urusannya masing-masing. Anak-anak tak lagi bermain layaknya anak-anak. Tau apa mereka tentang pacaran?
Dari kecil hingga yang dewasa, sibuk dengan gadget di tangannya. Lebih peduli dengan dunia maya daripada dunia tempatnya hidup, tempatnya bergerak, tempatnya bernafas -dunia nyata-.

Yah, aku merindukan masa itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cemewew, Wakadobret, Wakacipuy

Bahasa adalah sesuatu yang indah, yang bisa menyampaikan perasaan heart to heart dengan untaian manis. Sebagai seseorang yang suka menulis, aku adalah pencinta kata. KBBI tentunya tidak jauh-jauh dari aku. Ahahaha... Seorang teman mengajakku berbicara di sela perkuliahan waktu lalu. Aku hanya mendengarkan apa yang dikatakannya padaku tanpa begitu mengerti maksud dari ucapannya. kau sekarang sedang cemewew kan,? berarti kalian wakarapet. lalu kalian wakadobol, nah nanti nggk lama lagi kau sama dia bakal wakadobret. nah akibat dari wakadobret tersebut maka kau akan mengalami yang namanya wakacipuy. Udah, wakacipuy ajalah kau. nggak yakin aku, kau cemewew. haha..nggak ngerti? Haaha pasti nggak ngerti. Makanya nonton NET TV mamen.... Dengan muka yang masih bingung, hatiku berbisik Gimana ceritanya nonton TV? lah, TV aja nggak punya. walah.. wakadubrak! Esoknya, istilah-istilah itu semakin membooming karena dia mempresentasikannya saat presentasi materi di depan kelas. Akhirn

Tahap-tahap dalam proses belajar menurut Albert Bandura

Note :  Ini catatan aku waktu tadi diperpus. Aku takut hilang kayak file-file PPD aku barusan. :'( Jadi aku posting aja.             Menurut bandura (1977), seorang behavioris moderat penemu teori social learning / observational learning, setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama dalam belajar sosial dengan menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi :       Tahap perhatian ( attentional phase) .   Tahap penyimpanan dalam ingatan ( retention phase )       Tahap reproduksi ( reproduction phase )       Tahap motivasi ( motivation phase ) Tahap-tahap di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/perolehan belajar seorang siswa. Dalam bukunya sosial learning Theory, Albert Bandura sebagaimana dikutip oleh Pressly  & McCormic (1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut kurang lebih seperti yang dipaparkan dibaw

Panggilan Keakraban di Batak PakPak

Berhubung saya suka mempelajari suku-suku di indonesia ini, dan kebetulan dapat wawasan dari sebuah akun twitter  Batak_Com  , jadi, saya share kan buat teman-teman bloger sekalian sebagai penambah wawasan. Berikut ini  Sebutan/Panggilan kekerabatan di Batak Pakpak 1.Daholi = Pria,   2.Daberru = Wanita,   3.Empung Daholi=Kakek   4.Empung Daberru = Nenek,   5.Nange=Ibu kandung,   6.Bapa=Ayah kandung,   7.Kaka=Kakak   8.Anggi=Adik     9.Turang=Panggilan umum untuk saudara/I yang belum saling mengerti silsilah marganya.   10.Impal=Panggilan untuk wanita/pria dimana secara adat merupakan calon jodohnya (Pariban)   11.Silih = Panggilan si suami untuk saudara laki-laki / satu marga dengan si istri   12.silih=Panggilan dari orang tua laki-laki si suami pada orang tua laki-laki si istri demikian juga            sebaliknya   13.Silih=Panggilan anak laki-laki pada anak laki-laki dari puhun dan sebaliknya.   14.Eda = Panggilan si istri untuk saudara wanita/satu