Langsung ke konten utama

Sua (bagian 2)



"Sua, AKU BENCI PADA MEREKA! Aku BENCI mereka Sua!! Sua... " Wanita itu mengumpat penuh keputus asaan. Matanya berlinangan butiran bening yang menganak sungai membasahi wajahnya. Ekspresi kecewa dan putus asanya tergambar jelas dari gesture nya. Hidung yang menahan ingus untuk keluar.  Tangisannya terbata-bata karena cegukan ikut andil. Tangan yang ingin dilampiaskan, -menghantam, melempar, memukul, apapun itu - untuk mengurangi gejolak jiwa yang meledak-ledak. Tubuh itu meringkuk lemah di depanku setelah sebelumnya gemetar hebat menahan amarah yang tertahan. Aku serba salah. Aku tidak tega melihat wanita itu terpukul begitu kuat. Aku yakin batinnya berusaha menenangkan diri begitu juga otaknya, tapi sepertinya gagal.

"Sua, aku ingin,, hiks.." Suaranya tertahan karena tangisannya.
"Su..a.. Aku.. Aku ing..in kembali..." Seketika ia menguatkan kakinya yang goyah gemetar untuk mendekati sisi pagar pembatas di dekatnya. Ia berusaha berdiri di atasnya. Astaga! Apa yang akan dilakukannya? Siluet hitam terlintas dipikiranku. Bunuh diri!

Aku berlari menangkap tubuhnya. Kutarik jauh tubuh itu ke tengah-tengah menjauhi sisi pinggir gedung.    Yah, aku tahu ini cuma 2 lantai. Resiko untuk mati belum 100% jika memang ingin bunuh diri. Masih ada kemungkinan lain, seperti patah tulang yang membuat cacat. Dengan kondisi psikologisnya yang seperti ini, tentunya pepatah hidup segan mati tak mau akan begitu mudah diamininya.

"Sua, lepaskan Sua..! Jangan halangi aku mencari ketenangan jiwaku.." Wanita itu berontak.

"El, bahkan jika kau mati jiwamu tidak akan tentram. Jiwamu masih penasaran dengan cerita akhir dari orang yang kau tinggalkan. Yang kau anggap memberimu segala masalah saat ini. Kau tidak bisa mengacuhkannya. Jangan bohongi hatimu dengan berpura-pura tidak peduli atau lepas tangan dengan cara lompat dari atas gedung seperti tadi. Hidupmu berharga El." Sua  berusaha menenangkan Ely.

"Seharusnya mereka jadi panutan, aku kecewa Sua...!"

"El, sadarilah. Kita tidak bisa menentukan siapa yang akan  menjadi orangtua kita. Kita nggak punya hak untuk milih."

"Tapi seharusnya mereka bertanggung jawab terhadapku. Anaknya. Bukan malah mentingin ego mereka!"


Sua menarik nafas panjang sebelum memutuskan untuk menjawab. "Eli, nggak ada orang tua yang sempurna. Mereka juga manusia. Aku mengerti perasaanmu. Kecewamu. Nggk terimamu. Aku ngerti. Biarkan ini berlalu. Semoga kau tidak mengulang hal yang sama seperti yang  dilakukan mereka. -orangtuamu-"

"Sua..." Eli menatap nanar ke lantai. Sua masih berusaha memilih kata yang tepat agar Eli tidak terpuruk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cemewew, Wakadobret, Wakacipuy

Bahasa adalah sesuatu yang indah, yang bisa menyampaikan perasaan heart to heart dengan untaian manis. Sebagai seseorang yang suka menulis, aku adalah pencinta kata. KBBI tentunya tidak jauh-jauh dari aku. Ahahaha... Seorang teman mengajakku berbicara di sela perkuliahan waktu lalu. Aku hanya mendengarkan apa yang dikatakannya padaku tanpa begitu mengerti maksud dari ucapannya. kau sekarang sedang cemewew kan,? berarti kalian wakarapet. lalu kalian wakadobol, nah nanti nggk lama lagi kau sama dia bakal wakadobret. nah akibat dari wakadobret tersebut maka kau akan mengalami yang namanya wakacipuy. Udah, wakacipuy ajalah kau. nggak yakin aku, kau cemewew. haha..nggak ngerti? Haaha pasti nggak ngerti. Makanya nonton NET TV mamen.... Dengan muka yang masih bingung, hatiku berbisik Gimana ceritanya nonton TV? lah, TV aja nggak punya. walah.. wakadubrak! Esoknya, istilah-istilah itu semakin membooming karena dia mempresentasikannya saat presentasi materi di depan kelas. Akhirn

Tahap-tahap dalam proses belajar menurut Albert Bandura

Note :  Ini catatan aku waktu tadi diperpus. Aku takut hilang kayak file-file PPD aku barusan. :'( Jadi aku posting aja.             Menurut bandura (1977), seorang behavioris moderat penemu teori social learning / observational learning, setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama dalam belajar sosial dengan menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi :       Tahap perhatian ( attentional phase) .   Tahap penyimpanan dalam ingatan ( retention phase )       Tahap reproduksi ( reproduction phase )       Tahap motivasi ( motivation phase ) Tahap-tahap di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/perolehan belajar seorang siswa. Dalam bukunya sosial learning Theory, Albert Bandura sebagaimana dikutip oleh Pressly  & McCormic (1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut kurang lebih seperti yang dipaparkan dibaw

Panggilan Keakraban di Batak PakPak

Berhubung saya suka mempelajari suku-suku di indonesia ini, dan kebetulan dapat wawasan dari sebuah akun twitter  Batak_Com  , jadi, saya share kan buat teman-teman bloger sekalian sebagai penambah wawasan. Berikut ini  Sebutan/Panggilan kekerabatan di Batak Pakpak 1.Daholi = Pria,   2.Daberru = Wanita,   3.Empung Daholi=Kakek   4.Empung Daberru = Nenek,   5.Nange=Ibu kandung,   6.Bapa=Ayah kandung,   7.Kaka=Kakak   8.Anggi=Adik     9.Turang=Panggilan umum untuk saudara/I yang belum saling mengerti silsilah marganya.   10.Impal=Panggilan untuk wanita/pria dimana secara adat merupakan calon jodohnya (Pariban)   11.Silih = Panggilan si suami untuk saudara laki-laki / satu marga dengan si istri   12.silih=Panggilan dari orang tua laki-laki si suami pada orang tua laki-laki si istri demikian juga            sebaliknya   13.Silih=Panggilan anak laki-laki pada anak laki-laki dari puhun dan sebaliknya.   14.Eda = Panggilan si istri untuk saudara wanita/satu