Langsung ke konten utama

Semut

Semut betina menjawab panggilan sang Ratu pada suatu malam di hari yang selesai dengan rintik hujan. Bulan tidak begitu terlihat sebab sedang berselimut awan namun sinarnya masih tampak, meski malu-malu. Semut itu berjalan memasuki ruangan sang Ratu yang tampak lelah namun segera bersemangat ketika melihat semut betina masuk. 

" Ya, Ratu? Hamba sudah datang sesuai panggilan Ratu. Maafkan Hamba untuk panggilan yang terlewat kemarin dulu."

"Tidak apa. Silakan berdiri dan dengarkan baik-baik." Semut betina itu mengikuti perintah sang Ratu.

"Telah cukup usiaku untuk melahirkan anak-anak. Mungkin satu putaran bulan lagi, aku akan beristirahat. Kerajaan kita tidak mungkin berjalan tanpa seorang ratu. Maka dengan segala pertimbangan, aku memilihmu sebagai penggantiku."

Semut betina itu terkejut. Segala perasaan bercampur padu menghasilkan rasa datar. Tidak senang, tidak pula sedih, tidak pula marah, pokoknya flat saja. Namun membisik pertanyaan dalam hatinya, kenapa aku? Apa hebatnya aku? Masih ada senior yang lebih baik. Aku bahkan baru lahir kemarin sore. Dengan pengalamanku yang terbatas ini, apa aku mampu? Ratu mengada-ada.

semut ND
"Apakah Ratu yakin? Aku belum sepiawai semut betina lainnya. Tidakkah sebaiknya diadakan rapat untuk menentukan pengganti Ratu selanjutnya. Tidak baik jika Ratu memilih sepihak saja. Jika demikian, tentulah tanggung jawab dan beban moralku nantinya akan sangat berat."

Sang Ratu tampak tidak begitu setuju, karena ia pun tahu sendiri bagaimana anggota lainnya yang lebih senior dibanding semut betina ini. Tidak ada diantara mereka yang mau mengambil bagian untuk kerajaan tetapi hanya mau terima bersih atau pun memilih kerja, kerja, makan. Sesungguhnya, sudah susah hati sang Ratu memikirkan solusi permasalahan ini. Haruskah ku'tumbal'kan anak muda ini? bisik hati kecil sang Ratu.

"Tidak apa anak muda. Aku yang akan membantumu dan mengajarimu nanti. Senior yang lain pun demikian. Sudah kutuliskan jadwal agenda untukmu dan lain halnya yang mungkin akan kau perlukan nanti."

"Ta-tapi Ratu..."

"Tidak ada kata tapi. Santai saja. Kerjamu juga tidak banyak. Pergilah, lanjutkan kerjamu sebelum kau akhirnya nanti menduduki kursi ini."

"Ta.." suara semut betina itu pelan. Ia tidak berani melanjutkan meski rasanya ingin mengatakan seterang-terangnya bahwa ia tidak mau kursi itu. Ia hanya ingin pekerjaan damainya. Kerja, kerja, makan. Meski harus terus menyabung nyawa karena manusia di tempat mereka mengumpulkan makanan telah menaruh kapur racun pada jalan-jalan mereka. Ia pun sesungguhnya sedang terkena racun kapur itu yang membuatnya sesekali akan sesak nafas seperti mau meninggal. Ya, dua kali sudah  ia mati suri. 

***


Bagaimanakah kisah hidupnya selanjutnya? 
Bersambung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cemewew, Wakadobret, Wakacipuy

Bahasa adalah sesuatu yang indah, yang bisa menyampaikan perasaan heart to heart dengan untaian manis. Sebagai seseorang yang suka menulis, aku adalah pencinta kata. KBBI tentunya tidak jauh-jauh dari aku. Ahahaha... Seorang teman mengajakku berbicara di sela perkuliahan waktu lalu. Aku hanya mendengarkan apa yang dikatakannya padaku tanpa begitu mengerti maksud dari ucapannya. kau sekarang sedang cemewew kan,? berarti kalian wakarapet. lalu kalian wakadobol, nah nanti nggk lama lagi kau sama dia bakal wakadobret. nah akibat dari wakadobret tersebut maka kau akan mengalami yang namanya wakacipuy. Udah, wakacipuy ajalah kau. nggak yakin aku, kau cemewew. haha..nggak ngerti? Haaha pasti nggak ngerti. Makanya nonton NET TV mamen.... Dengan muka yang masih bingung, hatiku berbisik Gimana ceritanya nonton TV? lah, TV aja nggak punya. walah.. wakadubrak! Esoknya, istilah-istilah itu semakin membooming karena dia mempresentasikannya saat presentasi materi di depan kelas. Akhirn

Tahap-tahap dalam proses belajar menurut Albert Bandura

Note :  Ini catatan aku waktu tadi diperpus. Aku takut hilang kayak file-file PPD aku barusan. :'( Jadi aku posting aja.             Menurut bandura (1977), seorang behavioris moderat penemu teori social learning / observational learning, setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama dalam belajar sosial dengan menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi :       Tahap perhatian ( attentional phase) .   Tahap penyimpanan dalam ingatan ( retention phase )       Tahap reproduksi ( reproduction phase )       Tahap motivasi ( motivation phase ) Tahap-tahap di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/perolehan belajar seorang siswa. Dalam bukunya sosial learning Theory, Albert Bandura sebagaimana dikutip oleh Pressly  & McCormic (1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut kurang lebih seperti yang dipaparkan dibaw

Panggilan Keakraban di Batak PakPak

Berhubung saya suka mempelajari suku-suku di indonesia ini, dan kebetulan dapat wawasan dari sebuah akun twitter  Batak_Com  , jadi, saya share kan buat teman-teman bloger sekalian sebagai penambah wawasan. Berikut ini  Sebutan/Panggilan kekerabatan di Batak Pakpak 1.Daholi = Pria,   2.Daberru = Wanita,   3.Empung Daholi=Kakek   4.Empung Daberru = Nenek,   5.Nange=Ibu kandung,   6.Bapa=Ayah kandung,   7.Kaka=Kakak   8.Anggi=Adik     9.Turang=Panggilan umum untuk saudara/I yang belum saling mengerti silsilah marganya.   10.Impal=Panggilan untuk wanita/pria dimana secara adat merupakan calon jodohnya (Pariban)   11.Silih = Panggilan si suami untuk saudara laki-laki / satu marga dengan si istri   12.silih=Panggilan dari orang tua laki-laki si suami pada orang tua laki-laki si istri demikian juga            sebaliknya   13.Silih=Panggilan anak laki-laki pada anak laki-laki dari puhun dan sebaliknya.   14.Eda = Panggilan si istri untuk saudara wanita/satu